Terkadang seorang pasien baik yang sedang rawat
inap atau rawat jalan diminta dokter untuk periksa darah di laboratorium. Tujuannya
banyak macam tetapi yang jelas hasilnya akan membantu dokter untuk mendiagnosa
penyakit si pasien.
Diantara banyak pemeriksaan darah salah satunya
adalah pemeriksaan hematologi dengan menggunakan alat Hematologi Analyzer.
Salah satu tujuan pemeriksaan dengan alat ini adalah untuk mengetahui kelainan
hematologi seperti beberapa diantaranya adalah anemia dan leukemia.
Teknologi pada alat Hematology Analyzer sudah
relative canggih. Teknologi yang dimaksud adalah teknik penghitungan sel darah
pada alat ini. Adapun teknik penghitungan sel pada alat Hematologi Analyzer ini
dibagi 3 (tiga) tahap yaitu:
1.
Tahap pelarutan darah
Pada tahap
ini terbagi dua pelarutan, yaitu:
a.
Pelarutan untuk keperluan pengitungan sel darah putih dan pengukuran
konsentrasi Hb.
Pada pelarutan ini darah diencerkan dengan reagent diluent
dengan perbandingan 1 : 200 (biasanya setiap merk alat memiliki perbandingan
yang berbeda). Dan dicampur dengan reagent lyse untuk memecah sel darah
merah agar hemoglobinnya keluar sehingga dapat diukur konsentrasinya dengan
teknik fotometri.
b.
Pelarutan untuk keperluan pengitungan sel darah merah dan trombocyte
atau platelete. Untuk lebih jelasnya lihat gambar 4.
Gambar 1. Blok diagram teknik penghitungan sel.
(Sumber: Hematology Analayzer Celltac Nihon Kohden)
2.
Tahap Pengitungan dan Pengukuran
Pada tahap ini akan dilakukan proses penghitungan sel darah putih dan
pengukuran konsentrasi Hemoglobin dalam satu chamber pengukuran. Untuk
pengukuran Hemoglobin dengan menggunakan sistem fotometri. Sedangkan
untuk sel darah merah dan trombocyte dihitung dalam satu chamber yang
lain. Penghitungan sel darah merah, sel darah putih dan sel trombocyte
menggunakan teknologi yang disebut electrical impedance.
a.
Teknik Electrical Impedance
Pada teknik ini menggunakan prinsip bahwa sel darah bersifat isolator,
dan reagennya bersifat konduktor. Dan pada teknik ini dalam satu chamber
terdapat dua ruang, masing-masing ruang dipasang elektroda. Dimana kedua
elektroda ini dberi sumber tegangan dan arus konstan. Kedua ruang dalam chamber
dihubungkan oleh sebuah celah kecil (aperture) dengan diameter sekitar
100 µm untuk chamber pengukuran sel darah putih dan diameter sekitar 70 µm
untuk chamber pengukuran sel darah merah. Saat cairan sampel darah dan reagen
memenuhi chamber maka akan terjadi aliran arus yang konstan antara kedua
electrode melewati cairan sampel dan reagen. Kemudian ada sistem hidrolik yang
terhubung dengan chamber yang menyebabkan cairan sampel akan terhisap
dari ruangan satu ke ruangan kedua melalui aperture. Hal ini juga
meyebabkan sel-sel darah akan terhisap dan berpindah ruangan melalui aperture.
Pada saat tiap-tiap sel darah melewati aperture ini timbul hambatan pada
rangkaian closeloop melalui kedua elektroda. Sehingga akan timbul pulsa
tegangan ketika tiap sel melewati aperture. Karena sel darah bersifat
resistan (R) maka sesuai rumus hukum Ohm, apabila nilai hambatan berubah-ubah
dan besar arus listrik konstan (I) maka
tegangannya (V) juga akan berubah-ubah pula. Besarnya pulsa tegangan ini
sebanding besar kecilnya sel.
Gambar 2. Rangkaian elektronik pengukuran sel darah.
Banyaknya pulsa-pulsa listrik yang timbul akan dihitung sebagai sel-sel
darah seperti yang diperlihatkan pada gambar 3.
Gambar 3. Pulsa-pulsa yang terbentuk dari sel darah yang melewati aperture
Agar dapat memahami bagaimana cara sistem menghitung sel darah pada measuring chamber maka dapat dilihat dari contoh soal latihan sebagai berikut:
Vout = {∆R/(4R+2∆R)}Vbb
Teknik ini diilustrasikan seperti alat tidak memiliki mata dalam menghitung sel. Alat hanya dapat mengklasifikasikan sesuai ukuran sel saja tetapi isi dan bentuknya tidak tahu. Karena tiap jenis sel memiliki ukuran yang berbeda.
Gambar 4. Rangkaian Elektronik Penghitungan Sel Darah
(Principles of Biomedical Instrumentation and
Measurement: Richard Ashton, Pennsylvinia State University)
Keterangan gambar 4.
Rout =
R + ∆R
Vout = {(Rout/Rout+R)-1/2)}Vbb = {(Rout-R)/2(Rout+R)}Vbb
∆R
maka: Vout = (∆R/4R) Vbb
Contoh:
Tahanan orifice,
ketika tidak ada sebuah sel darah tipe apa saja adalah 1 kΩ. Pada saat sebuah
RBC melewati dalam orifice menambah nilai tahanan menjadi 1,01 kΩ. Berapa
tegangan output (Vout) setiap RBC melewati orifice? Jika tegangan Vbb= 10V.
Jawab:
R = 1 kΩ
∆R= Rout-R
∆R= 1,01 kΩ-1 kΩ
= 10Ω sehingga
Vout = {10/4(1000)}x10V = 0,025V = 25 mV
Teknik ini diilustrasikan seperti alat tidak memiliki mata dalam menghitung sel. Alat hanya dapat mengklasifikasikan sesuai ukuran sel saja tetapi isi dan bentuknya tidak tahu. Karena tiap jenis sel memiliki ukuran yang berbeda.
b.
Teknik Flowcytometry
Teknik ini biasanya digunakan
untuk mengitung jenis sel darah putih saja (White Blood Cell) seperti : Lympocyte, Monocyte, Netrophil, Eosinophil, dan Basophil. Teknik Flowcytometry menggunakan sinar
laser dan beberapa sensor. Dalam teknik ini setiap sel darah yang akan dihitung
dilewatkan pada bagian yang dinamakan flowcell yang memungkinkan sel akan lewat
satu persatu. Sinar laser akan melewati flowcell secara tegak lurus sehingga
setiap sel akan terkena sinar laser ini. Seperti yang diilustrasikan pada
gambar 7. Sifat dari sel darah putih akan memendarkan sinar laser saat terkena.
Pendaran sinar (light scatter) ini sesuai dengan kondisi morfologis dari tiap
jenis sel, baik bentuk dan isi sel. Dan sensor akan mendeteksi. Sensor yang
terletak lurus dengan datangnya sinar akan mendeteksi besarnya sel, dan sensor
yang terletak disamping (90⁰) dari arah sinar laser akan mendeteksi isi atau
morfologis tiap sel. Sehingga dengan demikian akhirnya akan diketahui ukuran
dan morfologisnya sell. Dari sinilah akan diketahui tiap jenis sel darah
putihnya. Selama waktu penghitungan akan
diketahui berapa jumlah tiap jenis sel yang terhitung. Hasilnya akan
ditampilkan pada display. Teknik ini diibaratkan seperti alat yang mempunyai
mata, karena mengetahui tidak hanya ukuran sel saja tetapi isi dan bentuknya
(secara morfologis) juga tahu.
Gambar 5. Sel
darah saat dikenai sinar laser dalam flowcell
(sumber:
Hematology Analyzer Celltac Nihon Kohden)
3.
Tahap Pengolahan Data
Pada tahap ini pulsa-pulsa tegangan masuk ke mikroprosesor kemudian
dihitung dan diolah dengan histogram. Demikian juga hasil pengukuran Hemoglobin
secara fotometri akan dijadikan data untuk menghitung parameter-parameter lain
yang dapat diketahui dari rumus. Hasil perhitungannya akan ditampilkan pada
layar monitor berbentuk angka dan grafik seperti gambar 6.
Grafik a dan b, sumbu x adalah ukuran sel dan sumbu y adalah banyaknya
sel. Pada grafik a sel darah merah dengan ukuran 100 fl (femto liter) adalah
paling banyak jumlahnya. Sementara sel darah merah dengan ukuran 50 dan 150 fl
adalah paling sedikit.
Dan untuk mengetahui parameter hematologi lainnya selain jumlah sel
darah merah (RBC), sel darah putih (WBC), platelete/thrombocyte dan hemoglobin
(Hb) maka digunakan rumus perhitungan sebagai berikut:
a.
Mean Corpuscular
Volume (MCV) = (10 Hct: RBC Count) (µm3)
a.
Mean Cell
Hemoglobin (MCH) = (10 Hb: RBC Count) (pg)
b.
Mean Cell
Hemoglobin Concentration (MCHC) = (10 Hb : HCT) (%)
(Sumber: Medical Instrumentation Application and Design, John G.
Webster)
Nilai normal tiap parameter pemeriksaan hematologi dapat dilihat dari
table 1.
Tabel 1. Nilai normal pemeriksaan Hematologi
PARAMETER
|
NILAI NORMAL
|
RBC
|
4,6 – 6,2 x 106 male dan 4,6 – 5,4 x 106 female
|
WBC
|
4.500 – 11.000/µl
|
Thrombocyte
|
150.000 – 400.000/ µl
|
MCV
|
83 – 98 µm
|
MCH
|
27 – 31 pg
|
MCHC
|
32 – 36 %
|
HCT
|
40 -54% male dan 35 – 47% female
|
(Sumber: Medical Instrumentation Application and Design, John G.
Webster)
Dari uraian diatas dapat dibuat kesimpulan yaitu:
1. Hematologi Analyzer adalah alat yang berfungsi untuk menghitung jumlah sel-sel
darah manusia.
2. Penghitungan sel-sel darah pada alat hematologi memerlukan reagent
sebagai pelarut sampel darah dan memecah sel darah untuk mengeluarkan
hemoglobin.
3. Pada alat hematologi tipe 3 diff terdapat 2 (dua) sistem
pengukuran, yaitu pengukuran hemoglobin dengan fotometri dan
pengukuran/penghitungan sel-sel darah dengan teknik elektrical impedance.
4. Ada 3 (tiga) tahapan proses penghitungan sel, yaitu; tahap pelarutan
sel darah, tahap penghitungan sel dan tahap pengolahan data.
5. Pada teknik elektrik impedan terdapat 2 (dua) elektrode masing-masing
ditempatkan chamber yang diberi arus konstan untuk mendeteksi sel darah
yang melewati aperture.
6. Pada penghitungan sel-sel darah dengan teknik electrical impedance
maka setiap sel darah yang melewati aperture akan menghasilkan pulas
listrik. Dimana besar pulsanya tergantung dari besar kecilnya ukuran sel darah.
7. Parameter pemeriksaan pada alat hematologi 3 diff adalah: RBC, WBC,
Platelete, Hb, HCT, MCV, MCH dan MCHC.
8. Parameter RBC, WBC dan Platelete adalah dihasilkan dari teknik
penghitungan sel sistem elektrik impedan. Parameter Hb dan HCT adalah hasil
pengukuran secara fotometri dan parameter MCV, MCH dan MCHC adalah hasil
perhitungan matematis oleh computer setelah diketahui nilai RBC, Hb dan HCT.
Daftar Pustaka
- Joseph J. Carr and John M. Brown. 2001. Introduction Biomedical Equipment Technology. Prentice Hall. New Jersey
- John G. Webster. 1998. Medical Instrumentation Application and Design. John Wiley and Sons, Inc. Canada.
- Richard Aston. 1991. Principles of Biomedical Instrumentation and Measurement. Merrill. New York.
- http://sysmex-success.com/cs/confle/JL00055/sum_vol09_1_02.pdf
- http://www.flinders.edu.au/medicine/sites/biomedical-engineering/supporting-patientcare/eqpt-intro/blood-cell-counter.cfm
- http://www.biobrain1.com/uploading2/Hematology%20analyzer/Automated%20Hematology%20Cell%20Counters-%20Impedance.pdf
- http://samhs.org.au/Virtual%20Museum/Medicine/Lab_and_other_tests_except_xray/Coulter-counter/Coulter-counter.htm.
- http://www.teachengineering.org/view_lesson.phpurl=collection/duk_/lessons/duk_retcoulter_les1/duk_retcoulter_les1.xml
Mohamad Sofie, ST, MT.
Dosen ATEM Semarang